Minggu, 05 Mei 2013

Resident Evil 6

 


Berangkat dari sebuah judul yang menekankan horor dan esensi survival di dalamnya, Resident Evil (Biohazard) tumbuh menjadi salah satu franchise game horor paling populer yang pernah ada. Gamers yang melewati masa kejayaan PlayStation pastinya tidak akan lupa betapa horornya berada di sebuah mansion penuh jebakan dan makhluk-makhluk mengerikan. Atau mungkin juga momen dimana seorang pemilik toko senjata menjadi santapan kawanan mayat hidup? Tidak jarang membuat jantungan, tapi perlu diakui bahwa sensasi itulah yang membuat Resident Evil disukai dan bisa sebesar sekarang.
Akan tetapi, apa jadinya kalau franchise game yang dikenal sedemikian rupa kini berubah dan melepaskan citraan yang pernah membesarkannya? Itulah hal yang kelihatannya sedang menimpa pengembangan terbesar dan yang juga paling baru, Resident Evil 6 (RE6).
Resident Evil 6 Review VGI
Jangan salah, bukan berarti game ini adalah sebuah game yang jelek. Hanya saja, perubahan yang dialaminya telah membuat franchise ini tambah jauh dari akar survival horror yang membesarkan namanya. Memang bukan baru terjadi, mengingat kecenderungan tersebut sudah lebih dulu ditunjukkan melalui sejumlah judul sebelum ini. Tetapi, RE6 tampak semakin menegaskan arah mana yang dituju franchise-nya sekarang dan mungkin juga nanti. Ambisi Capcom sepertinya malah menjadikan RE6 terkesan lebih tidak konsisten dari segi gameplay.
Seiring dengan perkembangannya, cerita yang mulanya berawal dari lingkup sebuah mansion dan kota yang terserang zombie outbreak kini meluas ke tingkat dunia. Ancaman bio-terrorist yang makin serius dilancarkan Neo-Umbrella telah membawa para jagoan kita dari Edonia, Amerika, sampai ke kota Lanshiang, China. Tidak hanya menciptakan tragedi di tempat-tempat tersebut, situasi itu diperparah dengan infeksi virus yang lebih berbahaya dibanding T-Virus. Adalah C-Virus, yang telah melahirkan B.O.W. (Bio Organic Weapon) jenis baru dan makhluk-makhluk mutasi disebut J’avo. Situasi dunia yang sedang kritis seolah tidak menyisakan harapan.
RE6 membawakan ceritanya dalam sudut pandang 3 campaign dengan 6 jagoan di dalamnya. Tidak hanya kembali menghadirkan Leon S. Kennedy, Chris Redfield dan Sherry Birkin yang sudah bertumbuh dewasa, cerita kali ini turut memperkenalkan beberapa karakter playable baru sebagai pasangan dari muka-muka lama tersebut. Agen USSS (United States Secret Service) Helena Harper yang harus terjebak bersama Leon, Piers Nivans yang menjalankan misinya di bawah kepemimpinan Chris, dan Jake Muller yang diyakini Sherry sebagai kunci penyelesai atas permasalahan yang tengah terjadi. Masing-masing campaign menampilkan cerita yang berdiri sendiri-sendiri, dengan kesinambungan satu sama lain yang melengkapi keutuhan ceritanya.
Cerita yang dikemas berbeda menurut campaign-nya, menawarkan pula karakteristik yang beragam untuk gameplay-nya masing-masing. Sesuatu yang sebenarnya boleh dikatakan punya nilai positif, mengingat adanya gamers dengan preferensi gameplay yang berbeda-beda. Akan tetapi, kabar buruknya adalah tidak satupun campaign di antaranya yang benar-benar dapat memuaskan ekspektasi akan gameplay survival horror yang sebenarnya. Perubahan benar-benar telah menghapuskan sejumlah faktor keterbatasan yang membuat RE dulunya menegangkan. Selalu hadirnya karakter partner dan AI lainnya tidak akan membuat kamu merasa sendirian lagi, tampilan third-person shooter dari RE4 yang membuat kamu lebih memegang kendali atas keadaan di sekitar, ataupun berkurangnya setting dalam ruangan yang pernah menciptakan claustrophobic (ketakutan akan ruang tertutup) di judul-judul terdahulu. Predikat survival horror rasanya memang tidak mengena sama sekali untuk pengembangan terbaru ini.
Padahal, improvisasi adalah sesuatu yang harusnya dilakukan untuk mendukung konsep yang ditawarkan game-nya. Jelas, konsep survival dan horror sama sekali sudah menipis dengan karakter-karakter yang bahkan dapat melakukan melee attack tanpa perlu lebih dulu membuat stagger lawan, AI rekan yang (hampir) tidak bisa mati, dan kemampuan manuver gerakan yang memberikan kesan lebih action. Adapun sedikit hal yang jadi batasan hanya terletak pada adanya physical combat gauge yang membuat kamu tidak bisa setiap saat menggunakan melee dan tidak adanya pause menu yang memberikan kesan real-time di sepanjang campaign. Minimnya elemen puzzle dan adanya fitur route guide pun semakin memudahkan gamers untuk sampai pada objective yang dituju. Lalu, ada juga health tablets yang menyederhanakan penggunaan herb sebagai healing item di samping First Aid Spray yang kembali hadir dan fitur Skills yang memberikan tambahan atribut semacam perks.
Tidak hanya melepas apa yang semestinya jadi identitasnya, ketidakkonsistenan merupakan satu permasalahan utama yang menimpa gameplay RE6. Capcom mencampuradukkan elemen-elemen yang diyakininya sebagai formula sukses dari nama game lain. Sementara elemen-elemen itu dapat menjadi kekuatan pada judul-judul yang dimaksud, hal ini seolah malah berpotensi jadi cela bagi RE6. Contoh saja, implementasi QTE (quick-time event) yang dilakukan cukup berlebihan, segmen dengan beragam kendaraan (dari snowmobile, motor, bahkan sampai VTOL aircraft) dan on-rail shooting, cover-based shooting, platforming, bahkan hingga stealth. Yup, kamu tidak sedang salah masuk artikel, kita memang masih membahas tentang RE6. Dengan komposisi yang seperti itu adanya, bisa ditebak kalau intensitas action memang jadi kepuasan tersendiri untuk gamers yang menikmatinya.
Sebenarnya, campaign yang berbeda-beda dan mekanisme yang bercampuraduk bukannya sesuatu yang tanpa alasan dimasukkan. Premis cerita RE6 menempatkan campaign para karakter pada situasinya masing-masing. Leon dan Helena yang berusaha menemukan dalang di balik kekacauan kali ini, Chris dan Piers yang berkutat dalam perang melawan infeksi C-Virus, dengan Jake dan Sherry yang harus bertahan hidup demi mengakhiri krisis yang sedang terjadi. Situasi yang demikian menjadikan gameplay lebih berorientasi pada eksplorasi dan masih adanya kesan survival dalam campaign Leon, sedangkan konsep yang lebih kontras didapati pada campaign Chris dimana gameplay dirancang untuk menciptakan situasi perang dalam skala lebih besar. Lain halnya pula untuk campaign Jake yang punya banyak porsi QTE dan sinematisasi gameplay. Meski QTE bukanlah hal baru dalam serial RE, penyertaan kali ini mengeksploitasinya dengan penempatan momen yang tidak selalu dirasa tepat dan mendadak.
Hal-hal baru yang dipaksakan untuk ada merupakan satu yang menjadi dasar permasalahan RE6. Cukup banyaknya hal tidak lazim untuk ukuran sebuah game RE dan memberikan kesan yang kurang natural di dalamnya seperti memang membenarkan pergeseran target yang pernah dinyatakan Capcom. Terlebih, hal-hal tersebut dibarengi oleh improvisasi secara mekanisme yang lebih up-to-date dengan game action/shooter masa kini, sekaligus membuat pemainnya lupa akan tanggung jawab dari judul yang masih disandangnya.
Dengan sudut pandang third-person dan aiming yang sudah dapat dilakukan sambil bergerak, bukan berarti kamera telah sepenuhnya bebas dari kendala. Tampilan kamera ada kalanya masih dirasa membatasi ketika kamu berada di ruang-ruang tertentu, aiming di balik cover object, dan perubahan posisi kamera yang kerap dialami pada momen tertentu. Masalah yang berbeda lagi ditemukan pula lantaran pengaruh kurangnya pencahayaan yang membuat gelap di sini terasa agak kurang wajar. Kesan grafis kali ini sebagai aspek yang masih jauh dari memuaskan juga ditimbulkan oleh teknis obyek, bayangan dan detil environment yang tampak bertekstur kasar pada in-game. Setidaknya, game ini masih aman dari permasalahan teknis yang dapat berpengaruh terhadap gameplay dan punya animasi karakter yang lebih banyak dari sebelumnya.
Secara visual, campaign yang beragam turut membagi setting-nya ke sejumlah lokasi yang bervariasi. Sementara lokasi-lokasi beratmosfer gelap mengisi porsi yang cukup besar dalam campaign Leon, sejumlah lokasi lain dengan nuansa yang berbeda halnya pun tidak ketinggalan dihadirkan untuk campaign dari Chris dan Jake. Ragam variasi secara visual yang lainnya juga tidak hanya diperlihatkan melalui setting, tapi juga desain makhluk-makhluk pendatang baru yang dihadirkan kali ini. Dan sebagaimana layaknya sebuah pengembangan baru, jagoan-jagoan kita pun mendapat penampilan baru yang membuat masing-masingnya kelihatan tambah keren.
Lain konsep, lain pula penyajian atmosfer melalui suaranya. Dengan konsep yang lebih sinematik, RE6 cenderung banyak diisi dengan musik yang tematis untuk mengiringi situasi-situasi yang sedang dibawakannya. Sesuatu yang cukup membedakannya dari konsep survival horror-nya terdahulu yang cenderung lebih sedikit membawakan musik dan lebih banyak bermain dengan efek-efek suara di tengah sunyi. Selebihnya, game ini kembali menghadirkan kualitas voice acting yang menghidupkan penceritaannya.
Dengan adanya tiga campaign yang dapat dimainkan dan punya alur skenarionya sendiri-sendiri, dapat diekspektasikan bahwa game ini punya nilai tambah dari segi durasi. Bayangkan saja apabila satu campaign-nya (terdiri dari lima chapter) menyita waktu normal sekitar 8-10 jam untuk diselesaikan, maka paling sedikitnya kamu sudah punya lebih dari 20 jam memainkannya. Dan tiga belumlah semuanya. Dengan menyelesaikan ketiga campaign tersebut, kamu dapat membuka karakter keempat sekaligus campaign terakhir: Ada Wong. Tidak hanya menghadirkan si cantik ini dalam tampilan barunya, campaign Ada menampilkan pula rancangan gameplay yang dibedakan lagi dari ketiga lainnya. Campaign ini mengemas elemen stealth sekaligus puzzle bergaya klasik, dan juga cerita yang menjawab beberapa pertanyaan dari campaign sebelumnya.
Di samping total empat campaign yang playable dalam durasi cukup panjang, RE6 membawa kembali mode The Mercenaries yang menempatkan kamu untuk menghabisi lawan sebanyak-banyaknya dalam batasan waktu tertentu dan menghadirkan mode baru yang disebut Agent Hunt. Agent Hunt menjadi mode dimana kamu dapat masuk ke campaign pemain lain secara online bukan untuk membantu mereka, melainkan untuk menggagalkan campaign-nya. Uniknya, tampilan gameplay akan dibawakan dari sudut pandang makhluk-makhluk yang muncul pada bagian campaign pemain yang kamu masuki. Dengan variasi makhluk yang beragam di campaign-nya, maka pilihan makhluk yang dapat kamu coba mainkan pun ada cukup banyak. Turut menambah waktu bermain kamu di game ini adalah macam-macam Skills yang dapat digunakan menurut mode-nya dan Serpent Emblem sebagai collectibles. Multiplayer di RE6 juga tidak hanya dapat dilakukan secara online, tapi juga split-screen, baik saat co-op campaign maupun The Mercenaries.

Melalui pengembangan RE6, nama Resident Evil sepertinya memang bukan lagi franchise yang pernah kamu kenal dulunya. Buruk? Bisa jadi, mengingat judul ini malah menghilangkan identitas yang seharusnya menjadi khas dan pernah membuatnya sebagai salah satu pionir di genre survival horror. Akan tetapi, ingin saya tekankan kembali bahwa game ini sama sekali tidaklah jelek. Elemen action yang menyusun komposisi gameplay dan sinematisasinya pun perlu diakui cukup berhasil apabila memang itulah yang dituju Capcom. Apalagi, game kali ini seakan telah mengemas langsung empat game sekaligus.
Namun yang disayangkan, inovasi berani yang pernah diperkenalkan sejumlah judul RE dulunya seolah telah dilupakan dengan membuat sebuah pengembangan yang malah mengadaptasi banyak hal dari game lain. Sementara hal ini akan membuatnya terkesan lengkap dan cukup memuaskan untuk dibeli oleh gamers yang menyukai sensasi action dan fans yang bisa menerimanya, tidak sedikit pula yang akan menganggap pengembangan kali ini sebagai degradasi dari konsep gameplay yang pernah membentuknya hingga sebesar sekarang. Termasuk yang manakah kamu? (LYR)

VGI Ratings for Resident Evil 6

7.0 Gameplay Sarat action yang intens, menampilkan banyak mekanisme yang diadaptasi dari game lain. Gameplay yang disambut baik para penyuka action, namun berlaku sebaliknya untuk mereka yang mencari esensi survival horror. Pertanyaannya, masihkah ini sebuah RE?
6.5 Graphic Visualisasi yang potensial disayangkan oleh kualitas grafis yang menyajikan tampilan in-game secara ala kadar. Kurang memenuhi ekspektasi akan standar grafis sebuah judul RE masa kini yang seharusnya.
8.0 Sound Momen-momen intens diiringi oleh musik yang tematis. Berbeda dari konsep survival horror RE dulu yang lebih banyak bermain dengan efek untuk menciptakan ketegangan.
8.0 Longevity Empat campaign dengan skenario berdurasi panjang. Belum lagi dengan Skill dan Serpent Emblems untuk dikumpulkan, juga mode tambahan yang dapat dimainkan secara multiplayer online/split-screen.
7.0 Good
Overall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar