Review Assassin’s Creed III: Penutup Era yang Manis!
By Pladidus SantosoNovember 7, 2012 ·
Gamer mana yang tidak akan tertarik dengan franchise open-world milik
Ubisoft – Assassin’s Creed? Ketika sebagian besar developer lebih
memilih untuk menjadikan dunia kriminal bawah tanah dan perang para
mafia sebagai konsep utama game open-world mereka, Ubisoft menawarkan
sebuah tema dan gameplay yang berbeda. Gamer dibawa pada event-event
historis yang telah mengubah cara dunia nyata berjalan, menambah dan
memodifikasinya dengan tema perang Assassin vs Templar, serta
memperkuatnya dengan alur kompleks yang menawarkan sebuah konflik yang
lebih masif. Semuanya tercermin lewat kisah hidup sang karakter utama –
Desmond Miles.
Keunikan Assassin Creed juga muncul dari konsep “perjalanan memori” lewat Animus yang memungkinkan Ubisoft untuk menciptakan alur sejarah yang mereka inginkan. Setelah menampilkan empat seri terakhir yang menjadikan Altair dan Ezio sebagai karakter utama, Assassin’s Creed III yang sejak awal sudah diposisikan sebagai seri konklusi untuk cerita Desmond akhirnya membawa gamer ke dunia baru, karakter baru, dan pengalaman yang baru. Tidak lagi terpaku pada zaman Renaissance Eropa, Anda kini dibawa pada perang revolusi Amerika yang lebih brutal dan penuh darah. Anda akan memerankan seorang karakter baru, setengah British – Indian. Alam kini akan menjadi teman, dan hidden blade tetap berfungsi sebagai “pintu gerbang” Anda untuk mencapai revolusi yang selama ini diinginkan oleh para Assassin.
Siapa sebenarnya sosok Haytham Kenway? Mampukah Connor menemukan dan menghancurkan para Templar yang ada di Perang Revolusi? Apa sebenarnya keinginan para Templar ini? Teknologi seperti apa yang dijanjikan oleh Peradaban Pertama di balik pintu yang berusaha dibuka oleh Desmond? Mampukah mereka menyelamatkan dunia? Satu yang pasti, semuanya akan berakhir di Assassin’s Creed III ini
Keunikan Assassin Creed juga muncul dari konsep “perjalanan memori” lewat Animus yang memungkinkan Ubisoft untuk menciptakan alur sejarah yang mereka inginkan. Setelah menampilkan empat seri terakhir yang menjadikan Altair dan Ezio sebagai karakter utama, Assassin’s Creed III yang sejak awal sudah diposisikan sebagai seri konklusi untuk cerita Desmond akhirnya membawa gamer ke dunia baru, karakter baru, dan pengalaman yang baru. Tidak lagi terpaku pada zaman Renaissance Eropa, Anda kini dibawa pada perang revolusi Amerika yang lebih brutal dan penuh darah. Anda akan memerankan seorang karakter baru, setengah British – Indian. Alam kini akan menjadi teman, dan hidden blade tetap berfungsi sebagai “pintu gerbang” Anda untuk mencapai revolusi yang selama ini diinginkan oleh para Assassin.
Siapa sebenarnya sosok Haytham Kenway? Mampukah Connor menemukan dan menghancurkan para Templar yang ada di Perang Revolusi? Apa sebenarnya keinginan para Templar ini? Teknologi seperti apa yang dijanjikan oleh Peradaban Pertama di balik pintu yang berusaha dibuka oleh Desmond? Mampukah mereka menyelamatkan dunia? Satu yang pasti, semuanya akan berakhir di Assassin’s Creed III ini
Plot
Sebelum membahas lebih jauh tentang plot di balik Assassin’s Creed
III, ada baiknya jika kami menceritakan latar belakang Perang Revolusi
Amerika untuk membantu Anda mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
Setelah perang antara pasukan Perancis dan Indian berakhir di tahun
1763, 13 koloni yang terbentuk di Amerika kemudian mulai memikirkan
nasib mereka sebagai sebuah bangsa. Sepertiga dari koloni ingin
bergabung kembali dengan Inggris, menjadi orang Inggris, dan menyatakan
kesetiaan mereka pada King George III. Mereka ini disebut sebagai The
Loyalists. Sementara sepertiga yang lain menginginkan kemerdekaan
sendiri dan membentuk sebuah negara baru. Kelompok inilah yang disebut
sebagai The Patriots. Sementara sepertiga lainnya mengumumkan kenetralan
mereka. Perang untuk menentukan nasib Amerika inilah yang disebut
sebagai Perang Revolusi Amerika.
Assassin’s Creed III sendiri diposisikan sebagai sekuel langsung dari
seri Assassin’s Creed: Revelations yang dirilis tahun lalu. Cerita akan
dibuka dari kacamata Desmond yang akhirnya menemukan sebuah tempat
berteknologi The First Civilization (Peradaban Pertama), yang selama ini
disebut-sebut sebagai satu-satunya jalan untuk menyelamatkan dunia,
setelah ancaman badai matahari yang sudah diperingatkan semenjak seri
Assassin’s Creed pertama. Namun tentu saja, seperti yang dapat
diprediksikan, perjalanan heroik ini tentu saja tidak akan pernah mudah.
Desmond ternyata membutuhkan sebuah medali sebagai kunci untuk
mengakses teknologi penting yang satu ini. Atas alasan inilah, Desmond
kembali harus masuk ke dalam Animus dan menjelajahi memori para leluhur
mereka.
Namun memori tidak lantas membawa Desmond pada sosok Connor Kenway
yang selama ini dipromosikan oleh Ubisoft. Anda akan menjelajahi memori
dari sang Ayah – Haytham Kenway yang kini memegang medali yang berusaha
didapatkan oleh Desmond. Dengan kunci yang ia dapatkan dengan membunuh
salah satu petinggi di Inggris, Haytham berangkat ke Boston untuk
menemukan “rumah” dari Peradaban Pertama ini. Rumah yang dapat ia buka
dengan medali ini. Lewat informasi para bawahan setianya, Haytham
menemukan bahwa “pintu” ini ternyata berada di dalam peradaban leluhur
para suku Indian. Sesuatu yang mendorong Haytham untuk memihak mereka
di dalam konflik dengan para penjajah. Pertemuannya dengan seorang
wanita Indian pemberani – Kaniehti:io tentu saja membantu misi utamanya
ini, namun ternyata tidak menghasilkan apapun. Yang terjadi? Haytham
justru jatuh cinta padanya. Cinta yang berbuah sang karakter utama yang
kita gunakan – Ratonhnhaké:ton.
Namun bagi Ratonhnhaké:ton, hidup adalah kesulitan yang tidak pernah
berhenti. Sejak kecil ia sudah harus kehilangan ibu yang ia cintai dalam
sebuah tragedi yang memilukan. Tumbuh dewasa sebagai salah satu pemburu
terbaik di sukunya, Ratonhnhaké:ton mulai menemukan takdir yang lebih
besar baginya. Di bawah pengaruh Apple of Eden yang dikuasai oleh sang
tetua, ia menemukan panggilan sebagai seorang Assassin dari para
Peradaban Pertama. Memenuhi takdirnya, Ratonhnhaké:ton belajar pada
Master Assassin di kala itu – Achilles Davenport dan mewarisi semua
kemampuan dan pengetahuan tentang konflik rahasia yang sudah dijalani
oleh para Assassin dan Templar selama ribuan tahun. Di bawah Achilles
pulalah, Ratonhnhaké:ton mendapatkan nama Connor, dan nama ayahnya –
Kenway. Perang demi kepentingan para Assassin yang memperjuangkan
kebebasan, melawan para Templar yang berusaha menciptakan keraturan yang
absolut pun dimulai, dalam sebuah dunia, konflik, dan atmosfer yang
baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar