Tanpa disangka, Transformers: War for Cybertron yang rilis 2010 lalu telah mencatatkan hasil yang baik untuk kerjasama Activision dan High Moon Studios. Gameplay third-person shooter ala Gears of War
yang seru dan kualitas grafis Unreal Engine 3 yang memukau diyakini
merupakan kombinasi sukses dari judul satu ini. Tapi bukan cuma itu,
judul tersebut pun dilengkapi kualitas cerita dan karakterisasi voice-acting yang membuatnya semakin punya nilai positif, baik di hadapan gamers maupun fans Transformers
itu sendiri. Melihat potensi yang ada, jelas bukanlah Activision
namanya kalau mereka berniat menyudahinya cukup dengan satu game saja.
Dan
di tahun ini, mereka memang kembali. Setelah peperangan yang terus
berlangsung pada game pertamanya, Activision dan High Moon kembali
melanjutkan kisruh antar kedua kubu penghuni Cybertron dalam game
keduanya. Dalam Transformers: Fall of Cybertron ini, perseteruan Autobots dan Decepticons
pun dikemas dengan kesan yang semakin intens, seru, sekaligus
mencengangkan. Satu kemasan yang rasanya bakalan cukup memuaskan hasrat
dari gamers yang sejatinya adalah para penggemar Transformers.
Fall of Cybertron meneruskan kisah peperangan Autobots dan Decepticons yang telah mengantarkan Cybertron pada ambang kehancuran. Prajurit yang berguguran dan persediaan Energon yang semakin menipis, Optimus Prime dan Megatron pun terus berseteru. Optimus Prime yang berniat memimpin pasukan Autobots untuk meninggalkan Cybertron dengan The Ark, harus menghadapi lebih dulu Megatron dan Decepticons yang jelas tidak akan tinggal diam. Untuk sekali lagi, pertarungan berlanjut dengan sengitnya.
Anggapan terhadap game Transformers yang semula dirasa kurang serius oleh kualitasnya, ternyata dapat dipatahkan War for Cybertron yang sukses menggabungkan gameplay third-person shooter ala Gears of War dan Transformers
dengan begitu baiknya. Lebih dari sekedar melampaui ekspektasi yang
ada, judul tersebut pun telah mencatatkan standar baru untuk sebuah game
yang diangkat dari adaptasi Transformers. Dan hal tersebut ternyata ingin diulang oleh High Moon melalui Fall of Cybertron.
Gameplay yang sudah apik tersaji pada game terdahulu, kini
disempurnakan dengan presentasi yang lebih baik lagi. Gamers dapat
menemukan campaign yang tersusun cukup rapi oleh komposisi gameplay Autobots dan Decepticons. Berbeda dari judul terdahulu, campaign
kali ini menempatkan para karakter dari masing-masing kubu dalam satu
jalan cerita. Dengan karakter-karakter yang sudah ditentukan secara
khusus pada tiap chapter-nya.
Mekanisme third-person shooter
yang diperkenalkan pendahulunya kembali menjadi apa yang dapat gamers
temukan di sini. Akan tetapi, sebagaimana mestinya sebuah game yang
menghadirkan karakter para Transformers, gameplay inipun dikemas dengan
implementasi yang menonjolkan spesialisasi dari tiap karakter. Inilah
alasan kenapa High Moon mengemas gameplay tiap chapter dengan karakter-karakter yang berbeda. Meski shooter
tetap mendominasi porsi di dalamnya, penyertaan elemen lain juga tidak
lepas mewarnai variasi gameplay kali ini. Misalnya, sedikit sentuhan
bergaya stealth yang diselipkan dalam chapter dari Cliffjumper, berikut kemampuan khusus yang hanya dimiliki suatu karakter. Optimus Prime dapat melakukan artillery strikes dengan Metroplex (yep, Autobot dengan ukuran raksasa), Jazz dengan mekanisme grappling hook untuk sedikit platforming, dan sebagainya. Selain itu, vehicle mode dari masing-masing robot pun tidak lepas memberikan kekhasan tersendiri terhadap aspek gameplay.
Walau begitu, tidak dipungkiri gameplay memang lebih banyak gamers mainkan secara third-person shooter.
Setidaknya, kemampuan bertransformasi secara instan dan luwes di tengah
pertempuran adalah sesuatu yang keren dilakukan, terutama dengan varian
yang bukan cuma berupa mobil, tapi juga pesawat dan helikopter.
Menyenangkan memang. Akan tetapi, daya tarik kali ini nyatanya adalah
sesuatu yang lebih dari sekedar itu. Fall of Cybertron menunjukkan bagaimana campaign-nya dapat mengalami improvisasi dari apa yang sudah pernah High Moon lakukan sebelumnya. Epik, massive, dan dramatis. Campaign
yang membuat gamers merasakan bahwa perseteruan Autobots-Decepticons
kali ini benar-benar dilakukan dalam skala besar. Kalian akan melihat
situasi medan perang yang ramai dengan NPC, persenjataan/artileri yang
tidak tanggung-tanggung, bahkan dengan Transformers yang sebelumnya
tidak kalian sangka-sangka. Ada Bruticus yang merupakan gabungan dari
lima Decepticons, bahkan Grimlock sang Dinobot. Komposisi campaign yang sedemikian rupa alhasil menjadikan gameplay kali ini terasa lebih “wow” dibanding sebelumnya.
Selain dari semua itu, gameplay kali ini juga tidak lepas menampilkan adanya mekanisme upgrade yang dapat dilakukan. Dengan mengumpulkan credits, kalian dapat membeli upgrade untuk persenjataan dan sejumlah atribut supportif pada tiap Teletraan I Store. Untuk difficulty yang ditawarkan, kualitas AI terhitung cukup memberikan tantangan, dengan kecenderungan melakukan flanking dan varian lawan yang juga bermacam.
Kualitas grafis untuk sekali lagi kembali dipercayakan pada Unreal Engine 3 yang mampu menyajikan environment dengan cukup baik, dan Havok untuk physics yang ditampilkannya. Baik, hanya saja hal inipun turut mengartikannya tidak lepas dari popping textures (tekstur yang terlambat di-render)
yang kerap dialami pada saat memasuki suatu lokasi baru. Adapun
kelemahan lain yang juga dialami dari segi teknis grafisnya ditemukan
pula pada masalah teknis frame rate yang kerap terjadi saat
musuh dan efek ledakan banyak bertaburan dalam satu layar. Selebihnya,
grafis terhitung cukup untuk dirasa memuaskan. Nilai plus terletak pada
desain Autobots dan Decepticons yang keren, sinematisasi yang sukses
mempresentasikan momen-momen dramatisnya, dan visualisasi yang mampu
menghidupkan feel peperangan berkesan realistis.
Suara
tidak ketinggalan menjadi satu aspek yang menyisakan impresi bagus dari
game ini. Situasi peperangan yang disajikan secara visual turut
didukung dengan penuh oleh kualitas audio di dalamnya. Voice-over yang mendukung setiap momen dramatis, dilengkapi pula dengan efek-efek dan musik yang menambahkan kesan epiknya. Para voice-actor
di antaranya pun tidak lain adalah nama-nama yang pernah menghidupkan
para karakter dalam film animasi dulunya. Hal tersebut kontan membuat
aspek suara ini jadi lebih optimal dan juga punya kesan serius.
Tidak hanya punya 13 chapter dalam campaign-nya, Fall of Cybertron pun tidak lepas dari penyertaan fitur multiplayer yang memiliki nilai lebih tersendiri. Setelah War for Cybertron mempertunjukkan betapa serunya sebuah game Transformers yang dapat dimainkan secara multiplayer ala Gears of War, sekuel kali ini membuatnya semakin menarik dengan tambahan fitur customization yang memungkinkan gamers dapat membuat Autobot/Decepticon kreasi sendiri. Kalian dapat memanfaatkan parts
dari berbagai Transformers yang disediakan dan mengkreasikannya menjadi
satu Transformer ciptaan kalian. Memenangkan pertandingan akan
menghadiahkan poin yang dapat kalian gunakan untuk membuka lebih banyak parts. Sementara dengan meningkatkan level class kalian, akan membuka persenjataan dan ability yang lebih kuat lagi. Terdapat empat macam class dengan karakteristik masing-masing: Infiltrator, Destroyer, Titan dan Scientist. Dengan memaksimalkan class tersebut, kalian juga akan menemukan sistem semacam “Prestige” dalam Modern Warfare, yang disebut Prime Mode di sini.
Di samping dari sejumlah mode bersifat kompetitif yang identik game shooter pada umumnya, mode bergaya survival yang dinamakan Escalation
juga dihadirkan kembali kali ini. Dalam Escalation, gamers akan diberi
empat pilihan karakter Transformers yang sudah ditentukan menurut tiap map-nya. Seperti halnya Horde Mode dalam Gears of War, kalian harus menghadapi lawan yang berdatangan dalam 15 waves. Dengan wave yang terus ber-progress,
jelas lawan yang datang pun akan semakin banyak dan merepotkan. Oleh
karena itu, kalian perlu memanfaatkan persenjataan yang terdapat di
sekitar map, dan tentunya, kerjasama dengan rekan setim.
Editor’s Tilt - 8.0
Secara mekanisme, Transformers: Fall of Cybertron
sebenarnya memang tidak banyak memperkenalkan hal baru dari segi
gameplay. Akan tetapi, perkembangan yang menjadi nilai tambah pun
dirasakan tidak lepas dari improvisasi yang dilakukan untuk membuat
gameplay dan cerita campaign-nya lebih memukau. Sejumlah momen
keren dan presentasi esensial Transformers yang dibawakan kiranya
menjadikan game ini punya kesan istimewa tersendiri, baik untuk fans
maupun gamers yang hanya sekedar menikmatinya dari sudut pandang penyuka
shooter umumnya.
Di luar dari campaign itu sendiri, adanya porsi multiplayer dalam kemasan yang sudah bukan barang baru bagi pemain shooter juga cukup menambah value game ini. Terlebih, dengan tambahan berupa customization yang tentunya bakal diapresiasi lebih oleh fans. (LYR)
VGI Ratings for Transformers: Fall of Cybertron
8.5 | Gameplay
Meskipun tidak banyak menampilkan perkembangan secara mekanisme,
campaign menunjukkan adanya perkembangan dari segi penyajiannya. Perang
yang intens membuat gameplay terasa seru, ditambah dengan penggunaan
karakter yang berbeda untuk tiap chapter. |
8.5 | Graphic
Sinematisasi dan visualisasinya sukses menghidupkan situasi perang yang
tengah melanda Cybertron. Animasi tampak halus, meski kualitas grafis
ini sendiri belum sepenuhnya lepas dari masalah teknis. |
8.5 | Sound Kualitas voice acting yang turut mendukung situasi perang. Efek yang cukup meriah dan musik yang menambahkan kesan epik. |
8.0 | Longevity
Sejumlah mode multiplayer bersifat kompetitif dan modifikasi karakter
akan cukup menyita waktu untuk dimainkan (yang sayangnya tidak banyak
berbeda dari mode game shooter umumnya). Ditambah pula dengan perpaduan
co-op dan survival yang disebut Escalation. |
8.5 Great
| Overall |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar